Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Allah, Aku Bosan Mengeluh

Allah, aku bosan mengeluh akan keadaanku ini. Keadaan yang Engkau ciptakan adalah untuk sebaik-baik makhluk. Kau beri aku kekurangan, tapi ketika ku Tanya kawan-kawan ternyata aku punya kelebihan. Maka, tak ada alasanku mengumbar kekurangan dan mencaci kelemahan. Allah, aku bosan mengeluh akan bentuk fisikku. fisik yang engkau berikan padaku adalah sebaik-baik bentuk. Aku tak Engkau berikan bagian tubuh yang cacat. Aku pun masih dapat berfikir normal. Jika ku lihat di luar sana, masih banyak yang Engkau berikan ujian berupa bentuk fisik yang tak sempurna. Mereka mampu tersenyum, menjadikanku malu untuk mengeluh. Allah, aku bosan mengeluh akan hidupku. Karena yang Engkau titipkan adalah yang aku butuhkan. Jika aku berkata bahwa ini kurang dan itu kurang, sebenarnya adalah nafsuku yang berkata. Allah, aku bosan mengeluh tentang semua. Karena ketika aku mengeluh, maka akan terlontar perkataan-perkataan buruk yang aku tau bahwa perkataan sejatinya adalah doa. Maka jika aku men

Petiklah Bunga Itu Wahai Kumbang Sakti!

Bunga mekar di taman larangan Elok kelopaknya, elok harumannya Dijaga rapi Sang Penjaga Dihias tertib tiada tercela Aku menyaksikan bunga itu kembang dan aku juga menyaksikan bunga itu layu. Lantas! Siapa yang harus kupersalahkan? Bunga itu? Atau kamu sang kumbang? Atau kamu? ketika bunga itu mula menjalar indah ke hentian tertinggi, kau datang merampas langkahnya. Kau datang menghalang Cintanya. Ya! Kamu datang menghalang cintanya pada Raja Segala Cinta. Masakan tidak kamu ketahui? Cintanya itu milik Raja Segala Cinta! Kamu tahu itu? Kamu sedar itu? Bukankah kamu kumbang sakti? Mengapa tegar untukmu merampas dan merosak cintanya pada Si Dia?

Mengubah "Ending" Dongeng

Tugas-tugas semester 4 ini terasa makin asyik saja. Pekan lalu dosen kami menugaskan kami untuk mengubah ending dongeng yang udah klise dan mainstrean banget... Dan mulailah imajinasi saya tertumpah dalam kisah Jaka Tarub yang ending-nya saya acak-acak. :D Semoga nggak dimarahin pengarang aslinya.. hahaha This is it... “JAKA TARUB” Jaka Tarub  adalah seorang pemuda gagah yang memiliki kesaktian. Ia sering keluar masuk hutan untuk berburu di kawasan Gunung Keramat. Di gunung itu terdapat sebuah telaga. Tanpa sengaja, ia melihat dan kemudian mengamati tujuh bidadari sedang mandi di telaga tersebut. Karena terpikat, Jaka Tarub mengambil selendang yang tengah disampirkan milik salah seorang bidadari. Ketika para bidadari selesai mandi, mereka berdandan dan siap kembali ke kahyangan. Salah seorang bidadari, karena tidak menemukan selendangnya, tidak mampu kembali dan akhirnya ditinggal pergi oleh kawan-kawannya karena hari sudah beranjak senja. Jaka Tarub lalu muncul dan ber

Kami Anak Rohis dan Kami Bangga!

Kami anak ROHIS. Akidah kami bersih terhadap hal-hal yang bersifat magis. Baik itu jimat, wapak, jirim, ataupun keris apalagi penggaris. Pedoman hidup kami adalah Al Quran dan Al Hadits. Kami bukan kalangan alkoholis. Boro-boro untuk berakohol ria, untuk uang jajan pun kami masih mengemis. Kami anak ROHIS. Ada seorang nenek bernama Sydney Jones yang menuduh kami radikalis. Padahal kami hanyalah sekumpulan aktivis. Tentunya aktivis Islam bukannya aktivis secularis, pluralis, liberalis, apalagi satanis. Kami hanya dapat berharap mudah-mudahan masyarakat tidak termakan isu tersebut yang buat kami menjadi miris. Kami anak ROHIS. Dandanan kalangan pria kami atau biasa disebut ikhwan umumnya khas dengan jenggot klimis nan tipis. Sedangkan kaum hawa atau akhwatnya biasanya terlihat dengan jilbabnya yang terlihat maksimalis. Tapi hal itu tidaklah mutlak, so santai saja buat para bro n sis. Kami anak ROHIS. Murobbi kami selalu bercerita bahwa kami adalah pewaris. Pewaris r

Deskripsi Ruang - Masjid Shiratul Huda

“Masjid shiratul huda” Aku selalu mengingat masjid ini, Masjid shiratul huda. Masjid SMAN 33 Jakarta Barat. Tempat dimana kami, Pengurus Rohis SMA 33, selalu menginjakkan kaki kesana disetiap kesempatan. Sekedar untuk melihat keadaan masjid setelah istirahat sholat atau bertemu dengan teman-teman seperjuangan. Biasanya kami menyempatkan merapikan mukhena dan sajadah yang berserakan sehabis dipakai, sebelum bel masuk kelas berbunyi. Mukhena ini kami letakkan kedalam lemari kayu berwarna coklat tua dengan pintu cermin, yang berada disisi pojok kanan masjid. Disamping lemari tersebut ada lemari kayu dua pintu yang berkuran lebih kecil, dengan susunan rak di pintu kanan, yang biasa kita gunakan untuk menyimpan Al-Qur’an dan  buku-buku   Islami, sedangkan rak di pintu kiri digunakan untuk meletakkan sajadah dan terdapat laci di bawahnya untuk kita gunakan sebagai tempat arsip kesekretariatan kegiatan Rohis. Masjid Shiratul Huda ini sebenarnya cukup luas. Masjid ini terpisah