Langsung ke konten utama

Postingan

Penuhi dulu panggilan Allah! Selebihnya, biar Allah penuhi kebutuhan kita.

Sebelum ajaran Islam menyebar di daerah Jawa pedalaman, waktu sore menjelang maghrib adalah momen yang dipenuhi dengan kepercayaan mistis dan cerita-cerita takhayul yang menyeramkan. Mereka menyebutnya senjakala, ‘senja’ yang berarti sore dan ‘kala’ yang artinya raksasa. Orang-orang dilarang keluar rumah karena takut diculik/ diganggu raksasa. Namun, sejak azan mulai diperkenalkan dan dikumandangkan dimana-mana, senjakala menjadi suasana yang indah. Alih-alih ketakutan akan aura mistis, senjakala beralih menjadi pemandangan kehidupan sosial yang indah. Orang-orang bergegas keluar rumah menuju surau-surau, berkumpul untuk Shalat bersama . Rasulullah SAW bersabda:   فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ “Jika waktu Shalat telah tiba, salah seorang di antara kalian hendaknya mengumandangkan azan untuk kalian dan yang paling tua di antara kalian menjadi imam.” (HR. Bukhari dan Muslim 674) Tidak ada alunan suara yang berhenti memenuhi ruang
Postingan terbaru
Dalam menjalani aktivitas sehari hari, tentunya kita membutuhkan kawan yang bisa mendengarkan, mengingatkan dan menasehati kita. Dan buku, bisa menjadi kawan yang sangat bijaksana untuk menemani kita, menenangkan meski tanpa suara. Sebagaimana dikatakan Rasullullah SAW: “Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR. Bukhari dan Muslim)   Membaca buku akan membantu kita mendapatkan wawasan kedua ilmu tersebut, berpikiran terbuka dan rasional dalam menghadapi sesuatu, sehingga keimanan kita kepada Allah akan bertambah.   اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا   “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan

Iri ku pada mereka

Aku iri kepada langit yang bisa menatapmu sepanjang waktu Aku iri kepada senja yang bisa melihat senyum mu Aku iri kepada malam yang bisa mendekap hatimu Bahkan aku sangat iri kepada awan yang meneduhkanmu saat terik mentari membelenggu jiwamu Aku sungguh-sungguh iri Kepada mereka yang selalu membersamaimu sepanjang hari Kepada mereka yang bisa menatap langsung dirimu Melihat tawamu bahkan tertawa bersamamu Melihat langsung gerak-gerik mu dan kondisimu lebih dulu daripada aku Kepada semesta yang menaungi setiap langkahmu Kepada dunia yang setiap hari bersua denganmu Sungguh aku iri Kepada buku-buku yang setia berdebat denganmu Kepada waktu yang senantiasa berjalan bersamamu Sungguh benar, Aku iri selama aku tak mampu disisi Meski tiada pernah jenuh dan letih doaku membersamai #disadur dari tulisan-tulisan yang bertebaran di dunia maya dengan perubahan gaya penulisan dan berbagai tambahan

Kata dan Rasa

Jenuh aku dengan kata Letih dan membosankan sudah menguntai kata Tak ingin lagi aku merangkai kata Karena ternyata Kata tak cukup mewakili rasa Kata tak pernah cukup menggambarkan rasa Ada rasa yang bahkan tak dapat terwakili oleh kata Biar segala kamus ku buka Biar segala bahasa ku cari Tidak ada Tidak dapat tertuangkan dan tiada tergambarkan Mungkin itulah sesungguhnya rasa Kau tak menuliskan nya Kay tak mengeja nya Kau tak merangkai nya Bahkan kau tak mampu mengungkapkan Tapi kau tau... Kau merasakannya

Rajutan Harap

Tetiba suatu suara muncul, mengetuk-mengetuk dengan keras di dalam batok kepala ini bak hendak beri peringatan. Dia berkata: " Cukup ! Tugasmu hanya menyelesaikan. Bukan memanjangkan rajutan tanpa tau kapan selesai " Lalu ku jawab: " Aku masih punya banyak benang! " Dia pun menjawab dengan bertanya: "Kau akan bangga? Habiskan benangmu untuk rajutan yang tak tau bagaimana bentuknya dan kapan selesainya?" Lalu balik ku tanya dia: "Lalu dengan apa ku akan berbangga? Jika rajutan ini ku tinggalkan bengkalai dan harus memulai kembali untuk sesuatu yang juga sama?" "...Tak tau akan bagaimana bentuknya dan entah kapan jua selesainya" sambungku.

Melukai, mencintai dan membenci

Aku iri pada mereka yang memulai sesuatu tanpa tau arahnya, tidak tau akan kemana, Tapi tiba-tiba bisa sampai saja Ditempat yang lebih dari yang dia harapkan Lalu dia bahagia Aku? Pernah ku mulai sesuatu dengan seseorang Aku tau harus kemana Yang pasti disuatu tempat yang indah Disana aku merasa bahagia Tapi aku gagal Dan aku mencoba lagi dengan orang yang berbeda Ke tempat yang indah Aku merasa ada kebahagiaan bersamanya Terasa pasti akan sampai ke ujung cerita Tapi aku gagal kembali Di satu titik Aku merasa terengah lelah Dan aku memutuskan untuk berhenti sejenak Beristirahat dari khayal yang tak pernah terwujud Duduk ditempat yang teduh Disana aku merasa tenang Menyendiri, mengadu padaNya dan bertanya tanya Apa yang salah denganku selama ini? Memang, ya Berharap padanya Seperti daunan mengering pada tangkainya Dipaksa bertahan namun perlahan lepas diacuhkan Daun yang tengah berharap bertahan Jatuh terombang ambing angin kebohongan Pasrah dengan landas

Makan hati berulam rasa

Perjalanan 2 jam pergi 2 jam pulang. 1/6 hari kuhabiskan dijalan, untuk kepentingan ummat, katanya. Jam 7 sampai jam 4 atau jam 10 hingga jam 19, menjaga, melayani, memfasilitasi mereka yang ingin berbagi, katanya. 3/8 hari kuhabiskan disini. Wah, sudah 13 jam. Ideal istirahat orang dewasa 7 jam sehari. 20 jam sudah. 4 jam sisanya? Untuk sekadar bertatap wajah dengan ayah ibu kakak adik, karena tidak selalu ada waktu dan moment tepat untuk bicara dan berbagi kisah. Untuk merapikan kamar, untuk rapi2 setelah dari luar, dan istirahat. Dan esok nya, untuk bersiap2 kembali berangkat. 4 jam. 4 jam untuk beberes diri saja. Bahkan beberapa saat juga menyempatkan untuk melayani beliau2 yang menghubungi dan bertanya tentang ini itu, tentang ummat dan demi ummat lagi pastinya -katanya-. Ini konsekwensi. Ikhlas sudah jelas. Meski letih itu tak dapat dipungkiri. Namun menafikkan letih karena bahagia dan keikhlasan adalah hal yang biasa. Mudah saja. Sebelumnya sungg