"Jika ia mencintaimu, Maka ia akan
menghormatimu."
Inti kalimat ini sering sekali kudengar, yah,
pastinya dengan redaksi penulisan yang berbeda-beda dari setiap sumbernya.
Makna kalimat ini bagiku akan kutumpahkan
dalam syair yang selalu terngiang dan tersirat di telinga dan hati ini. Kali
ini kutuliskan untuk mengurangi beban rahasia di dalam hati yang mungkin hanya
aku dan Allah yang tau selama ini.
Siapa tokoh Akhi yang sesungguhnya dalam syair
ini pun aku tak tahu. Aku tak mampu memastikannya.
Mungkin dia, atau mungkin seseorang setelah
dia nanti. Entahlah.
Hanya Allah yang tahu dan berhak atas
segalanya.
Saat ini, aku merasa betapa sebuah anugerah
bisa mengenal dan dekat dengannya.
Saat ini, aku merasa ingin selalu bersamanya.
Karena saat ini aku mencintainya.
Dan bukanlah aku yang memaksa untuk rasa ini,
Tetapi semata-mata Allah yang telah
menanamkannya,
Hanya saja, mungkin aku terlalu cepat
menumbuhkannya.
Entahlah.
Sungguh, bukan rasa yang tak tepat, hanya
waktu yang terlalu cepat.
Aku tak tahu bagaimana dengan rasa di kemudian hari.
Akankah tetap sama, atau aku jenuh, atau aku
bahkan tidak ingin mengenalnya lagi.
Lagi-lagi aku hanya dapat berkata Entah.
Akhi,,,
Seandainya engkau tahu,
Atau mungkin kamu sudah tahu atau mungkin kamu
sudah merasakannya.
Entahlah, aku tak tau apa yang ada di hati dan
pikiranmu akan hal ini.
Sungguh betapa ingin aku mencium tanganmu
sehabis sholatku,
Betapa ingin aku mengusap air matamu, membelai
wajahmu, menyeka peluhmu, dan merasakan genggaman tanganmu.
Meski menatap penuh matamu-pun aku ragu.
Akhifillah,,,
Kasihanilah dirimu jika harus masuk dalam
objek khayalku.
Dan jagalah aku jika kamu sungguh mencintaiku.
Aku tahu kamu lebih paham akan hal ini,
Tak perlu aku membuang waktu untuk
memaparkannya.
Aku tahu kamu mengerti.
Hanya saja kita termanipulasi oleh ujian dalam
kenikmatan ini.
Jangan menyangkal, tengoklah hati kecilmu
akhi.
Lihatlah, ia berontak.
Dan lagi-lagi kamu, juga aku, mengabaikannya.
Maafkan aku..
Ya Akhifillah,
Pernahkah kamu mendengar kalimat “semua akan
indah pada waktunya”
Aku pun belum tahu bagaimana rasanya.
Seperti apa indahnya, seperti apa nikmatnya.
Dan untuk kesekian kalinya aku hanya dapat
berkata entah.
Karenanya aku tak akan menjanjikan apapun.
Aku hanya dapat berdoa kepada Sang Maha Cinta.
Biar Dia saja yang memenuhi janji-Nya dibalik
makna kalimat itu.
Karena sesunggunya Dia tidak akan lalai dengan
janji-Nya.
Tidak sepertiku yang mungkin hanya mampu
berjanji fana.
Allahu Rabbii,,,
Jagalah hati ini hingga waktunya nanti.
Hingga halal bagiku mencium tangannya selepas
sholatku.
Hingga berkah semua ungkapan sayangku
untuknya.
Hingga ternilai ibadah setiap belaian sayangku
untuknya.
Akhifillah, Karena aku mencintaimu, maka aku menjagamu dan aku menghormatimu. :’)
Komentar
Posting Komentar