Tugas-tugas semester 4 ini terasa makin asyik saja. Pekan lalu dosen kami menugaskan kami untuk mengubah ending dongeng yang udah klise dan mainstrean banget...
Dan mulailah imajinasi saya tertumpah dalam kisah Jaka Tarub yang ending-nya saya acak-acak. :D
Semoga nggak dimarahin pengarang aslinya.. hahaha
This is it...
“JAKA TARUB”
Jaka Tarub adalah seorang pemuda gagah yang memiliki
kesaktian. Ia sering keluar masuk hutan untuk berburu di kawasan Gunung
Keramat. Di gunung itu terdapat sebuah telaga. Tanpa sengaja, ia melihat dan
kemudian mengamati tujuh bidadari sedang mandi di telaga tersebut. Karena
terpikat, Jaka Tarub mengambil selendang yang tengah disampirkan
milik salah seorang bidadari. Ketika para bidadari selesai mandi, mereka
berdandan dan siap kembali ke kahyangan. Salah seorang bidadari, karena tidak
menemukan selendangnya, tidak mampu kembali dan akhirnya ditinggal pergi oleh
kawan-kawannya karena hari sudah beranjak senja. Jaka Tarub lalu
muncul dan berpura-pura menolong. Bidadari yang bernama Nawangwulan itu
bersedia ikut pulang ke rumah Jaka Tarub karena hari sudah senja.
Singkat cerita, keduanya lalu menikah. Dari pernikahan ini
lahirlah seorang putri yang dinamai Nawangsih. Sebelum menikah, Nawangwulan
mengingatkan pada Jaka Tarub agar tidak sekali-kali menanyakan rahasia
kebiasaan dirinya kelak setelah menjadi isteri. Rahasia tersebut adalah bahwa
Nawangwulan selalu menanak nasi menggunakan hanya sebutir beras dalam penanak
nasi namun menghasilkan nasi yang banyak. Jaka Tarub yang penasaran tidak
menanyakan tetapi langsung membuka tutup penanak nasi. Akibat tindakan ini,
kesaktian Nawangwulan hilang. Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita
biasa.
Akibat hal ini, persediaan gabah di lumbung menjadi cepat
habis. Ketika persediaan gabah tinggal sedikit, Nawangwulan menemukan
selendangnya, yang ternyata disembunyikan suaminya di dalam lumbung. Mengetahui
hal tersebut, hati Nawangwulan bergejolak. Ia pergi meninggalkan Jaka Tarub
dengan membawa anaknya, Nawangsih. Ternyata, selendang pusaka yang dimilikinya juga
telah hilang kesaktinya untuk membawanya terbang kembali ke kahyangan.
Kala itu Nawangwulan dalam keadaan penuh amarah, ia enggan
kembali ke rumah Jaka Tarub, meskipun pada kenyataannya, ia bahagia hidup
bersama Jaka Tarub. Akhirnya ia memutuskan untuk hidup di tepi hutan dengan
anaknya, Nawangsih. Beberapa tahun berlalu, Nawangsih tumbuh menjadi gadis yang
cantik dan memiliki kesaktian dapat menyembuhkan orang.
Suatu hari saat sedang berjalan-jalan di hutan, Nawangsih
bertemu dengan Jaka Tarub sedang terkapar lemah di hutan, rupanya selama ini ia
dalam perjalanan mencari Nawangwulan. Nawangsih tidak mengenalinya, ia membantunya
dan membawanya pulang ke rumah. Melihat Jaka Tarub yang gagah, Nawangsih jatuh
cinta kepadanya yang tidak lain adalah ayah kandungnya.
Nawangwulan yang melihat Jaka Tarub tersentak kaget, apalagi
ketika mengetahui yang menolongnya adalah Nawangsih yang menyatakan jatuh cinta
padanya. Jaka pun terkejut ketika mengetahui bahwa gadis yang menolongnya
adalah anaknya. Nawangsih marah ketika mengetahui bahwa Jaka Tarub adalah
ayahnya.
Ia pergi ketengah hutan, menangis dan berteriak sejadinya.
Karena Nawangsih merupakan keturunan dewi, suaranya yang penuh amarah terdengar
sampai langit ke tujuh, dan terdengar oleh petinggi dewa kahyangan. Dewa
tersebut mengutus seseorang untuk membawa Nawangsih menghadapnya.
Setelah Nawangsih dijamu dalam kahyangan, dewa menanyakan
gerangan apa yang membuatnya menangis seperti tadi. Dan bagaimana ceritanya,
anak dewi sepertinya tinggal di Bumi. Nawangsih menjelaskan bahwasannya ia
adalah keturunan dari dewi dan manusia. Kesaktian ibunya hilang karena
rahasianya ketahuan oleh manusia. Setelah itu ia pergi bersama ibunya meningalkan
Jaka Tarub. Dan Nawangsih mengakui, tanpa sadar ia jatuh cinta pada Jaka yang ternyata
adalah ayahnya sendiri.
Mendengar hal tersebut, Nawangsih diizinkan memberikan karma
ke Jaka Tarub sebagai hukuman telah menyembunyikan selendang dewi dan membuatnya
sedih. Nawangsih memberikan hukuman kepada Jaka Tarub berupa penyakit lumpuh.
Melihat hal tersebut, Nawangwulan tersentuh. Karena ibanya
pada Jaka tarub, maka hilanglah semua sisa amarahnya. Ia merawat Jaka dengan
tulus. Ia menyadari, bahwa sebenarnya ia bahagia memiliki suami seorang manusia
sehingga ia bisa merasakan bagaimana perjuangan manusia dibumi, lantaran selama
ini ia hidup dalam kahyangan yang penuh pelayanan.
Nawangsih yang melihat ketulusan Ayah dan Ibunya akhirnya luluh
dan hendak menyembuhkan Jaka. Akan tetapi terlambat, Jaka akhirnya meninggal.
Ia reinkarnasi menjadi dewa. Jaka Tarub yang menitis menjadi Dewa jarub, memlikiki
kuasa untuk mengembalikan kesaktian Nawangwulan dan membawanya kembali ke
khayangan. Namun, Nawangsih, anaknya tidak bisa hidup di kahyangan karena merupakan
keturunan campuran dewi dan manusia.
Nawangwulan
pun tinggal di kahyangan kembali, tetapi tidak menyadari bahwa Dewa Jarub merupakan
titisan suaminya di bumi. Meskipun telah menjelma menjadi dewa, Jarub tetap
mengingat masa lalu di kehidupan sebelumnya sebagai seorang manusia. Jarub sedih
karena Nawangwulan tidak mengenalinya.
Kala itu adalah musim pernikahan di kahyangan. Kahyangan
menikahkan dewi-dewi mereka dengan para dewa dalam waktu bersamaan. Nawangwulan
hendak dijodohkan dengan seseorang yang tidak dikenalnya. Ia teringat akan Jaka
Tarub dan menyesal saat mengingat ia pergi meninggalkan Jaka Tarub dulu.
Siapa yang tahu, bahwa jodoh Nawangwulan adalah dewa Jarub.
Alangkah bahagianya Jarub ketika mengetahui bahwa ia akan menikah dengan
Nawangwulan. Setelah menikah, Jarub memberi tahu Nawangwulan bahwa ia adalah
suaminya di Bumi dulu yang sekarang telah menjelma menjadi dewa. Nawangwulan
bahagia luar biasa dan menyatakan bahwa sejujurnya, selama ini ia bahagia bersama
Jaka dan sangat mencintainya. Akhirnya mereka hidup bersama dan bahagia di
kahyangan.
Sedangkan Nawangsih tetap melanjutkan hidupnya di tepi hutan.
Ia selalu bersedia membantu penduduk sekitar yang membutuhkannya untuk
menyembuhkan penyakit. Suatu hari, ia didatangi seorang pemuda bernama Sangkuriang
yang meminta di sembuhkan dari sakit hati. Ia bercerita bahwa ia patah hati
karena jatuh cinta kepada ibunya sendri. Nawangwulan tersentak karena kisahnya
sama dengan yang ia alami. Ia bercerita bahwa ia juga pernah jatuh cinta pada
ayahnya. Akhirnya mereka saling jatuh cinta. Sangkuriang kerap membantu
nawangsih yang menolong orang-orang yang ingin disembuhkan penyakitnya. Mereka
akhirnya menikah dan hidup bahagia selamanya.
Komentar
Posting Komentar