Seorang profesor di Institute of Cognitive
Science, Carleton University, melalui
artikelnya di Scientific American 9 Mei
2017, Jim Davis memaparkan dua teori mengenai alasan Anda bermimpi dan mengapa
mimpi terasa begitu menarik untuk diceritakan.
Pertama adalah teori aktivasi-sintesis yang
berkata bahwa mimpi merupakan interpretasi dari aktivitas acak syaraf tulang
belakang dan otak kecil oleh otak depan kita. Terkadang informasi tersebut
bisa kacau dan menyebabkan mimpi Anda menjadi sangat aneh.
Selain itu, teori tersebut juga mendukung
adanya interpretasi emosi melalui mimpi. Contohnya adalah ketika Anda
mendapat mimpi buruk ketika sedang merasa khawatir di dunia nyata. Bukannya
merasa khawatir karena mimpi buruk tersebut, kekhawatiran justru membuat Anda
bermimpi buruk.
Teori kedua adalah mimpi sebagai persiapan
untuk menghadapi situasi yang mengancam. Davis berkata bahwa ada beberapa
bukti yang menguatkan teori ini, misalnya emosi mimpi yang biasanya negatif dan
topik mimpi yang berkutat pada ancaman nenek moyang seperti jatuh, dikejar,
bencana alam, dan lain-lain.
“Elemen-elemen menakutkan ini lebih banyak
terlihat dalam mimpi daripada kehidupan sehari-hari. Banyak orang bermimpi
dikejar hewan, tetapi seberapa seringkah hal ini terjadi di dunia nyata?,” ujar
Davis.
Manusia memang secara alamiah akan lebih
perhatian terhadap hal-hal yang negatif dan berbahaya. Oleh karena itu, mimpi
yang biasanya berisi informasi negatif terasa lebih penting dari yang
seharusnya.
Alasan lainnya adalah tingkat emosi dalam
mimpi. “Karena mimpi begitu emosional, mereka terasa begitu penting bagi orang
yang mengalami. Namun, orang yang sekadar mendengarnya dan tidak merasakan
emosinya akan kesulitan untuk mengerti,” ucap Davis.
Sebagai contoh adalah mimpi jatuh dari
tangga. Bagi Anda yang melihatnya sendiri dalam mimpi, pengalaman tersebut
sangat menakutkan. Namun, orang lain yang tidak merasakannya bisa menganggap
ketakutan Anda terhadap mimpi tersebut konyol.
Faktanya, manusia memang telah mencoba untuk
memahami mimpi mereka sejak dahulu kala (dan mungkin sebelum itu juga.).
Teknologi modern telah memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari
mekanisme yang berlangsung dalam mimpi. Dalam sebuah penelitian 2011, sebuah
tim ilmuwan Italia mengukur gelombang otak listrik tidur, dan menyimpulkan
bahwa alasan mengingat mimpi mereka lebih baik ketika seseorang memiliki
gelombang frekuensi yang lebih rendah di lobus frontal selama tidur.
Mimpi telah diamati sebagai indikator yang berguna dari apa yang
ada di pikiran seseorang. Sebagai contoh, sebuah survei terbaru dari kelompok
Dream Education Dreams Cloud menemukan bahwa orang
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung bermimpi tentang situasi
yang berhubungan dengan pekerjaan, seperti mendapatkan promosi atau bermimpi
tentang rekan kerja, daripada orang yang kurang berpendidikan.
"Kami bermimpi tentang apa
yang paling menjadi perhatian kita," ujar Dr. Angel Morgan, yang memimpin
penelitian, menjelaskan kepada The Huffington Post.
Kemampuan
Mimpi juga menjadi indikasi kemampuan alami seseorang. Misalnya,
mereka yang melaporkan menyadari bermimpi mereka, juga dikenal sebagai pemimpi
jernih, juga telah ditemukan untuk menjadi lebih baik dalam memecahkan masalah.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa sering pemimpi jelas memecahkan masalah wawasan signifikan lebih keseluruhan dari pemimpi non-jernih," kata Dr. Patrick Bourke, penulis utama dari studi yang dilakukan DreamsCloud.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa sering pemimpi jelas memecahkan masalah wawasan signifikan lebih keseluruhan dari pemimpi non-jernih," kata Dr. Patrick Bourke, penulis utama dari studi yang dilakukan DreamsCloud.
"Hal ini menunjukkan bahwa wawasan yang Anda alami mungkin
berhubungan dengan kognitif dasar yang diperlukan untuk wawasan dalam keadaan
sadar."
Jenis mimpi Anda juga dapat memperlihatkan wawasan kepribadian
Anda. Menurut LiveScience, peneliti dari Jerman Central Institute of Mental
Health, orang yang melaporkan mimpi melakukan pembunuhan cenderung lebih
introvert, namun juga lebih agresif, dalam kehidupan nyata. Meski penelitian
ini memiliki dikritik, tapi menunjukkan hubunganantara jiwa manusia dan
bermimpi.
Ini juga dapat menjelaskan penyakit mental. Sebuah studi menemukan
bahwa pasien yang hidup dengan kondisi kesehatan mental yang berbeda, sering
berbeda saat menggambarkan mimpinya kepada orang lain.
Sebagai contoh, pasien skizofrenia sering mendiskusikan mimpi
mereka menggunakan sangat sedikit kata-kata, sementara pasien bipolar cenderung
berbicara lebih berlebihan dan berulang-ulang.
Mimpi dan Emosi
Meskipun para ilmuwan baru-baru ini mampu menjelaskan beberapa
mekanisme biologis yang terlibat dengan bermimpi. Sigmund Freud memikat banyak
orang dengan teorinya bahwa mimpi adalah manifestasi dari keinginan yang
ditekan.
Pendapat lain menunjukkan bahwa mimpi sebenarnya tidak ada sama
sekali. Dikenal sebagai "aktivasi-sintesis hipotesis," ini menyatakan
bahwa mimpi hanyalah impuls listrik otak yang menarik pikiran acak dan gambaran
dari ingatan, dan manusia membangun impuls ini sebagai mimpi ketika kita bangun
dalam upaya untuk memahami kebingungan.
"Mimpi tampaknya untuk membantu kami memroses emosi dengan kode, dan membangun kenangan dari kode itu. Apa yang kita lihat dan alami dalam mimpi mungkin tidak selalu menjadi nyata, tetapi emosi yang melekat pada pengalaman-pengalaman ini, "tulis Dr Sander van der Linden, seorang doktor dalam psikologi sosial eksperimental di London School of Economics dan Ilmu Politik, dalam artikelnya untuk Scientific American.
"Mimpi tampaknya untuk membantu kami memroses emosi dengan kode, dan membangun kenangan dari kode itu. Apa yang kita lihat dan alami dalam mimpi mungkin tidak selalu menjadi nyata, tetapi emosi yang melekat pada pengalaman-pengalaman ini, "tulis Dr Sander van der Linden, seorang doktor dalam psikologi sosial eksperimental di London School of Economics dan Ilmu Politik, dalam artikelnya untuk Scientific American.
"Cerita mimpi pada dasarnya mencoba untuk menghapus emosi
dari pengalaman tertentu dengan menciptakan kenangan. Dengan cara ini, emosi
itu sendiri tidak lagi aktif."
Mimpi dalam Pandangan Islam
Dalam ajaran agama Islam, mimpi yang di alami diwaktu
tidur, tidak selayaknya
diceritakan kepada orang lain.
Dalam riwayat
Al-Bukhari dari Abi Sa’id Al-Khudzriy, Rasulullah bersabda:
Ų§ŁŲ±Ų¤ŁŲ§ Ų§ŁŲµŲ§ŁŲŲ© Ų¬Ų²Ų” Ł Ł Ų³ŲŖŲ© ŁŲ£Ų±ŲØŲ¹ŁŁ Ų¬Ų²Ų”ًŲ§ Ł Ł Ų§ŁŁŲØŁŲ©
Artinya: “Mimpi yang baik adalah bagian dari 46 bagian kenabian”[1]
Sayidah A’isyah ra., mengatakan bahwa wahyu yang diturunkan pada masa-masa awal kepada Rasulullah saw adalah mimpi yang baik. Dan Rasulullah tidak memimpikannya kecuali seperti cahaya di waktu subuh.
Dalam al-Quran juga disebutkan bagaimana Allah memberikan keistimewaan untuk Nabi Yusuf as. berupa ilmu tafsir mimpi, dimana nabi dan rasul sebelum beliau tidak diberikan keistimewaan semacam ini.[2]
Pada dasarnya, ada tiga macam mimpi: (1) Mimpi sebagai kabar gembira dari Allah, yakni yang baik dan benar. (2) Mimpi permainan syetan. (3) Mimpi yang terjadi akibat angan-angan diri sendiri.
Ų§ŁŲ±Ų¤ŁŲ§ Ų§ŁŲµŲ§ŁŲŲ© Ų¬Ų²Ų” Ł Ł Ų³ŲŖŲ© ŁŲ£Ų±ŲØŲ¹ŁŁ Ų¬Ų²Ų”ًŲ§ Ł Ł Ų§ŁŁŲØŁŲ©
Artinya: “Mimpi yang baik adalah bagian dari 46 bagian kenabian”[1]
Sayidah A’isyah ra., mengatakan bahwa wahyu yang diturunkan pada masa-masa awal kepada Rasulullah saw adalah mimpi yang baik. Dan Rasulullah tidak memimpikannya kecuali seperti cahaya di waktu subuh.
Dalam al-Quran juga disebutkan bagaimana Allah memberikan keistimewaan untuk Nabi Yusuf as. berupa ilmu tafsir mimpi, dimana nabi dan rasul sebelum beliau tidak diberikan keistimewaan semacam ini.[2]
Pada dasarnya, ada tiga macam mimpi: (1) Mimpi sebagai kabar gembira dari Allah, yakni yang baik dan benar. (2) Mimpi permainan syetan. (3) Mimpi yang terjadi akibat angan-angan diri sendiri.
Mimpi
hasil permainan syetan adalah mimpi yang tidak berarti sama sekali dan tidak
perlu untuk di ta’wil. Dalam hadits shahih disebutkan bahwa datang
seorang lelaki kepada Rasulullah dan bertanya: “Ya
Rasulallah!. Aku bermimpi seolah kepalaku terputus dan aku mengikutinya”. Rasulullah
menjawab: “Jangan kau bicarakan apa yang menjadi permainan syetan
terhadapmu dalam tidur”.
Mimpi yang terjadi akibat angan-angan diri sendiri seperti orang yang dalam keadaan lapar, lalu tertidur dan bermimpi makan. Mimpi semacam ini tidak mempunyai arti. Demikian juga ihtilam (mimpi yang mewajibkan mandi besar), mimpi pada saat pikiran kacau, dan mimpi tentang masa lalu.
Mimpi yang terjadi akibat angan-angan diri sendiri seperti orang yang dalam keadaan lapar, lalu tertidur dan bermimpi makan. Mimpi semacam ini tidak mempunyai arti. Demikian juga ihtilam (mimpi yang mewajibkan mandi besar), mimpi pada saat pikiran kacau, dan mimpi tentang masa lalu.
Mimpi orang awam kebanyakan karena campur tangan
syaitan. Sedangkan
mimpi para Nabi dan Rasul adalah merupakan mimpi petunjuk, pertanda atau wahyu
dari Allah swt. Sebagaimana di jelaskan dalam Al-Qur’an, yang artinya,
Ų„ِŲ°ْ ŁُŲ±ِŁŁَŁُŁ
ُ Ų§ŁŁَّŁُ ŁِŁ Ł
َŁَŲ§Ł
ِŁَ ŁَŁِŁŁًŲ§ ۖ
ŁَŁَŁْ Ų£َŲ±َŲ§ŁَŁُŁ
ْ ŁَŲ«ِŁŲ±ًŲ§ ŁَّŁَŲ“ِŁْŲŖُŁ
ْ ŁَŁَŲŖَŁَŲ§Ų²َŲ¹ْŲŖُŁ
ْ ŁِŁ Ų§ŁْŲ£َŁ
ْŲ±ِ
ŁَŁَٰŁِŁَّ Ų§ŁŁَّŁَ Ų³َŁَّŁ
َ ۗ Ų„ِŁَّŁُ Ų¹َŁِŁŁ
ٌ ŲØِŲ°َŲ§ŲŖِ Ų§ŁŲµُّŲÆُŁŲ±ِ
“(Ingatlah) ketika Allah memperlihatkan mereka di
dalam mimpimu (berjumlah) sedikit. Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka
(berjumlah) banyak tentu kamu menjadi gentar dan tentu kamu akan
berbantah-bantahan dalam urusan itu, tetapi Allah telah menyelamatkan kamu.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hatimu.” (QS.
Al-Anfal : 43)
1. Menyikapi Mimpi
yang Menyenangkan
Ketika seseorang mengalami mimpi yang baik,
hendaklah ia memuji Allah dan memohon kepadanya agar merealisasikannya dan
jangan menceritakan kepada orang lain kecuali kepada orang yang di cintainya
dan mencintainya.
Oleh sebab itu ketika, Nabi yusuf bermimpi melihat
matahari, bulan, dan sebelas bintang bersujud kepadanya, ia menceritakannya
kepada bapaknya.
“Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu
kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS.
Yusuf : 5)
Dari Abu Qatadah Ra, mengatakan bahwa Rasulullah SAW
bersabda,
“Mimpi yang benar berasal dari Allah, sedangkan mimpi
yang merupakan bunga tidur berasal dari syaitan. Jika diantara kamu bermimpi
sesuatu yang disukainya, hendaklah ia tidak menceritakannya kecuali kepada
orang yang dicintainya. Tetapi jika ia bermimpi sesuati yang di bencinya, maka
hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari keburukannya dan dari
keburukan syetan, dan supaya meludah tiga kali serta tidak menceritakannya
kepada siapa pun. Sesungguhnya mimpi tersebut tidak akan membahayakan.” (HR
Muttafaq ‘alaih)
Berdasarkan firman Allah SWT. dan hadits Rasulullah
tersebut, ketika seseorang mengalami mimpi yang benar, hendaknya ia memuji
Allah dan memohon kepadanya agar merealisasikannya dan jangan menceritakannya
kepada orang lain kecuali kepada orang yang ia cintai dan mencintainya.
Menceritakan mimpi yang benar terhadap orang yang
dicintai tujuannya supaya ia berbahagia dengan kebahagian tersebutu dan
mendoakan agar mendapat kebaikan tersebut.
Kita dilarang untuk menceritakan mimpi benar kepada
orang yang tidak kita cintai atau menyukai kita. Supaya ia tidak mengganggu
arah mimpi tersebut dengan pentakwilan yang berdasarkan hawa nafsu, atau
berusaha menghilangkan nikmat Allah SWT. karena dengki kepadanya.
2. Menyikapi Mimpi yang Buruk
Mimpi yang tidak benar atau buruk berasal dari syaitan. jika seseorang mengalami mimpi buruk dilarang menceritakannya kepada orang lain. Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
Mimpi yang tidak benar atau buruk berasal dari syaitan. jika seseorang mengalami mimpi buruk dilarang menceritakannya kepada orang lain. Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
“Jika salah seorang kalian melihat mimpi buruk maka
hendaklah ia bangkit melaksanakan shalat dan jangan ia ceritakan kepada
orang-orang,” (HR Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Usamah, ia berkata, “Aku pernah
melihat sebuah mimpi yang membuat aku sakit hingga aku mendengar Qatadah
berkata, ‘Aku pernah melihat sebuah mimpi yang membuat aku sakit hingga aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Mimpi baik berasal dari Allah. Jika salah seorang
kalian melihat apa yang kalian sukai maka janganlah ia ceritakan mimpi tersebut
kecuali kepada orang yang menyukainya saja dan jika ia melihat mimpi yang
tidak ia sukai maka hendaklah ia meminta perlindungan kepada Alloh dari
kejahatan mimpi tersebut dan dari kejahatan syaitan, kemudian meludah lah tiga
kali dan jangan ia ceritakan kepada siapapun, sebab mimpi itu tidak akan
mendatangkan kemudharatan,” (HR Bukhori dan Muslim).
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a,
“Bahwasanya Rasulullah SAW didatangi seorang Arab
Badui dan berkata, ‘Aku bermimpi bahwa kepalaku dipenggal lalu akui mengikuti
kepalaku yang menggelinding.’ Kemudian Nabi saw. mencela Arab Badui tersebut
dan bersabda, ‘Jangan engkau ceritakan kisah syaitan yang mempermainkanmu
disaat engkau tidur,” (HR Muslim).
Berdasarkan hadits Rasulullah SAW di atas, ketika
seseorang mengalami mimpi buruk, maka tidak dibolehkan juga menceritakannya
kepada orang lain. Sebab ditakutkan orang lain akan mentakwilkan dengan caranya
masing-masing sehingga menimbulkan kegelisahan dan rasa takut bagi orang yang
mimpi buruk tersebut.
Akan tetapi Rasulullah menganjurkan bagi yang melihat
mimpi yang buruk atau tidak ia sukai, hendaklah ia melaksanakan apa yang
tercantum dalam sunnah untuk mengusir was-was dan menolak tipu daya syaitan.
Yaitu: melaksanakan shalat, memohon perlindungan
kepada Allah dari kejahatan mimpi dan kejahatan syaitan, meludah ke sebelah
kiri sebanyak tiga kali dan mengubah posisi tidur dari posisi semula.
Komentar
Posting Komentar