Perjalanan 2 jam pergi 2 jam pulang.
1/6 hari kuhabiskan dijalan, untuk kepentingan ummat, katanya.
Jam 7 sampai jam 4 atau jam 10 hingga jam 19, menjaga, melayani, memfasilitasi mereka yang ingin berbagi, katanya. 3/8 hari kuhabiskan disini.
Wah, sudah 13 jam.
Ideal istirahat orang dewasa 7 jam sehari.
20 jam sudah.
4 jam sisanya?
Untuk sekadar bertatap wajah dengan ayah ibu kakak adik, karena tidak selalu ada waktu dan moment tepat untuk bicara dan berbagi kisah.
Untuk merapikan kamar, untuk rapi2 setelah dari luar, dan istirahat.
Dan esok nya, untuk bersiap2 kembali berangkat. 4 jam.
4 jam untuk beberes diri saja.
Bahkan beberapa saat juga menyempatkan untuk melayani beliau2 yang menghubungi dan bertanya tentang ini itu, tentang ummat dan demi ummat lagi pastinya -katanya-.
Ini konsekwensi. Ikhlas sudah jelas. Meski letih itu tak dapat dipungkiri. Namun menafikkan letih karena bahagia dan keikhlasan adalah hal yang biasa. Mudah saja.
Sebelumnya sungguh tiada pernah terjadi perhitungan angka seperti ini.
Hitungan manusia itu begitu sederhana.
Allah yang melapangkan nya.
Senantiasa itu yang menjadi kekuatan.
Namun jika ternyata tidak ada penghargaan untuk itu.
Mungkin sudah saat nya untuk diri ini Tahu Diri.
Bukan lagi tentang apresiasi atau jaga gengsi.
Tapi tentang kenyamanan, keikhlasan dan kebahagiaan dan cinta.
Jika sudah hilang kecintaan, maka hilang pula kenyamanan dan kebahagiaan yang biasa dirasakan. Dan tentunya...tiada lagi keikhlasan.
Padamu yang mengenalkan dan mengajariku banyak hal, terimakasih.
Yang telah mempertemukanku dengan kebahagiaan2, terimakasih.
Dan padamu juga yang telah menyembelih kecintaan yang telah payah dijaga sembari makan hati berulam rasa.
Terimakasih.
Dan kini, saatnya tahu diri mengiringi.
#5/12/17
Komentar
Posting Komentar